Selasa, 13 Mei 2014

Dear, Mendekatlah . . .



Ini tentang ceritaku lagi.

Lembaran daun itu makin hari makin menguning
Sesaat pikiranku terbawa pada keyakinan
Bahwa ia akan sangat layu, atau kering lalu gugur
Apa yang bisa membuatnya menghijau kembali
Jika ku dingin, kau dingin. Kau diam, ku diam
Kita, seperti ada tembok yang berdiri kokoh. Setinggi-tingginya.
Matapun takjub memandang
Takjub? Ya.. Dengan jalanmu dan jalanku sendiri
Aku yang nyaman di perahuku
bersama aliran air yang mungkin mengalir sangat lambat
Dan kau nyaman di perahumu
Kemudian, kita bertemu disatu titik
Saling tanya kabar.
Aku bingung dengan perubahanku
Kau juga.
Kita... sama-sama resah dalam perubahan
Hanya di titik itu. Kita sedikit lebih akrab. Mencair
Lalu kita berpisah, sejenak saja.
Kemudian... bertemu lagi dititik yang lebih ramai.
Namun, Kau lupa? Kau lupa tangan ini pernah berjabat?
Setidaknya pernah mencair.
Tak ada yang menjaga. Kini. Beku (lagi)
Aku... terperosok dalam prasangka
Menghindar tanpa ampun. Diam tanpa alasan
Kau juga. Lalu kapan? Kapan menyatu?
Entahlah... lagi-lagi peran-Nya ada
Ya.. ku yakini.. mau bagaimana lagi... ini kepastian...
Dia membawaku pada keyakinan,
Bahwa ‘Ukhuwah tak perlu dirisaukan’
Namun, hati kecilku terus memberontak
Sampai kapan? Jika kita terus menjauh
Mendekatlah.. mendekatlah dengan Tuhanmu
Aku juga
Setleah itu... biar Tuhan yang mendekatkan kita
Allah... biarkan kami saling cinta
Izinkan kami mencintai karena-Mu
Ya... takkan pernah dekat..
Jika aku menjauh dan kaupun menjauh. Dari-Nya
Sederhana saja, Dekati Allah..

Aku yang mencintaimu, merindukanmu
Dan berharap ada perubahan baik
@LPTK5
5 Mei 2014, 09:52

Tidak ada komentar:

Posting Komentar