Selasa, 20 Mei 2014

Kau, Madrasah Utama Bagiku





Bu.. Aku masih ingat.. Kala itu..
Kau ajariku memakai pakaian dengan baik
Kau menyuruhku merapikannya
Kau memintaku untuk tidak terus menangis
Jeritanku bu, jeritan yang selalu mengganggu tidurmu
Tidakkah kau lelah denganku? Kau masih saja mengurusku
Sembilan bulan ibu, aku dalam kandungmu
Kau timang aku. Kau terus doakan aku
Shalawat untuk menenangkanku
Kau usap kepalaku saat ku bermanja dipangkuanmu

Ibu, kau didik aku dengan sebaik-baik didikkan
Kau kenalkan kasih sayang dalam masalah
Kau cantikkan diriku dengan caramu menata akhlakku
Dengan sabar kau jawab semua pertanyaanku
Tapi ilmumu tak pernah habis
Karena ilmu kasih sayangmu tak pernah berujung
Bahkan marahmu untuk mendidikku
Bukan.. bukan marah..
Kau hanya ingin menegurku karena tingkah nakalku
Hanya saja aku yang tak pernah mengerti
Ibu.. lagi lagi kau tak pernah lelah membimbingku

Sekarang.. aku sudah besar bu, aku sudah tumbuh
Ku harap, kau bangga dengan pertumbuhanku
Sekarang, lingkar kehidupanku semakin bertambah bu,
Kawanku semakin banyak
Tapi.. aku banyak mengecewakan
Ku ingat, tak hanya sekali dua kali saja kau ku sampingkan
Hanya sekedar membalas pesanmu saja, sering ku tunda
Padahal ku tahu, kau menunggu bu.
Maafkan anakmu ini bu, maafkan

Ibu, kau ajariku untuk tetap sabar dan kuat
Kau ajariku tegar menghadapi hidup
Kau banjiri aku dengan nasihat yang menguatkan
Bahkan dalam setiap doamu, namaku kau sebut

Terimakasih Ibu...
Meski diluar sana, banyak hal baru yang ku dapatkan
Tapi.. kau tetap menjadi madrasah utama bagiku
Karena kau ajari ku cinta yang luar biasa. Menenangkan..
Kau Madrasah Utama Bagiku

Senin, 19 Mei 2014

Lelahkah Menunggu?



Perlukah kurenungkan pertanyaan itu?
Tak perlu, karena hati telah memutuskan, untuk bersabar menunggu.
Karena hati telah memutuskan, untuk ambil setiap cerita indah dalam ‘menunggu’
Bahkan hati telah mengatakan ‘sudahlah, lebih baik kau menunggu daripada kau harus ditunggu. Bukankah ditunggu itu lebih meresahkan?’
Tak ada kata lelah menunggu, tak ada kata sia-sia menunggu. Semua terlalu indah. Dan akan sangat disayangkan jika terlewatkan, sebuah arti dari ‘menunggu’.

Sabtu, 17 Mei 2014

Jangan Berhenti Mengejar Mimpi, via Lari Pagi




Malam hari, ia yang mengajakku makan. Namun aku masih disibukkan dengan tugasku yang dikejar deadline. Mau tidak mau, aku tak memenuhi undangannya. Maafkan dear.
Paginya, ia mengajakku lari pagi. Daerah enak yang deket-deket sini ya disitu itu. ‘GSP’.
Disinilah petualangan kita dimulai. Hehe
Ngeeeenggg.... ‘suara motor’.. ia menjemputku..
Sesampainya di sekitar GSP kita kebingungan parkir sepeda motor, dan ketika nemu tempat parkir, mas-mas yang ada disana langsung menegur sebelum kami parkir motor, “maaf mba, langsung ke GSP saja”. Tuing..
Puter balik deh.. gitu aja sih. Tapi ada satu pelajaran tentang keikhlasan kan dear.
Harus khusnuzon dengan sikap orang. Jangan selalu merasa kita paling benar. Dan maksa orang buat ikut semua yang kita mau.
Cari tempat parkir, dan akhirnya dapet tempat di depan perpustakaan. Wah lebih keren kan.. perpustakaan lhoo ini.. gudang ilmu.. padahal jarang-jarang masuk ke yang begituan :D
Nah sesampainya di GSP, kita buat kesepakatan, jalan cepet, terus lari, terus jalan lagi, ya intinya 3 puteran ngelilingi GSP.
Oke.. triiiittt... dimulai riyadhoh kita...
Waktu jalan...
          Fine-fine aja..
Tahap kedua lari..
          Aaaiiiihhh.... kita kan janjiannya lari nihh.. ya tanpa berhenti dong...
Duhh... baru pertama juga ini kayaknya, Cuma lari tanpa bergenti. Padahal selama ini kalo olahraga disitu liat orang yang lari tanpa berhenti itu ya sering banget, tapi nggak pernah ngikutin, paling kalo udah lari beberapa langkah lagi jalan terus lari lagi terus jalan. Nah.. petualangan kita kemarin itu lari 1 puteran tanpa berhenti, keren kan (jangan protes kalo yang udah biasa.. -,- . newbie ini kita :D).
Belum ada seperempat puteran..
“Duhh perut udah sakit nih..”, ucap kawanku itu. Aku so’ so’ an masih kuat lari, padahal sakit juga, tapi akhirnya kita sanggup.
Setengah putaran
aaiihh giliranku yang ngeluh, “wah nafas.. nafasss.. gigiku malah yang sakit (mulai beralasan) -_- , tapi emang beneran sih”
Hehe.. setengah putaran berlalu..
Hampir mendekati finish  (masih lumayan jauh sih sebenernya)
Kawanku menutup mulut rapat-rapat(diajak ngomong nggak nyaut), ya kalo capek terus dibawa ngomong kan emang tambah capek ya.
Aku pun sebenernya pengen angkat tangan, tapi liat perjuangan kawanku itu yang terus berlari, kuurungkan niatku untuk berhenti, biarlah kaki ini terus berusaha berlari meski mungkin terlihat berjalan, berasa nggak gerak-gerak soalnya -,-.
Yeeeeee......... sampaiii....
Akhirnya satu putaran berlari tanpa henti bisa ^^ senangnya..
Yang selanjutnya, lanjut jalan cepet, ya secepet-cepetnya, masih dengan nafas yang tersenggal-senggal gara-gara lari itu tadi.. :D

Disitu, aku langsung teringat pada kisah sebuah mimpi.
Azzam.. jika tekad kita kuat untuk meraih sesuatu, maka puncak harapan tersebutpun akan terasa lebih ringan untuk di daki..
Sang pendaki sejati, tak mengenal putus asa, tak mengenal berhenti sebelum keindahan itu terlihat.
Abaikan saja pikiran-pikiran negatif dalam diri, ia sangat mematikan, sungguh.
Biarlah kaki ini terus melangkah dengan tenang namun pasti, kau pun butuh mereka yang terus memotivasimu untuk terus melaju.
Teruslah berjuang, meraih mimpimu, ISTIQOMAH. Dan tetap di jalan Allah.
Apa ciri orang yang istiqomah di jalan Allah? Ia memiliki sikap tenang, berani dan optimis.  :’)
Bismillah... ^^


17 Mei 2014, 08:21
Kos Cantik Ulya