Minggu, 22 Maret 2015

Surat Wasiat?


Allah… Terimakasih telah memberiku umur sampai hari ini. Hari-hari yang ku lalui dengan penuh kebaikan, namun terlampau sering diri ini istiqomah dalam kemaksiatan. Melupakan kata syukur. Banyak Alasan untuk menunda kebaikan. Maafkan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Salam cinta yang pertama untuk dua orang terkeren pencetak kenangan terbaik, pembimbing nomor Satu, penasehat yang tak pernah berhenti mendoakan, Ibu Bapak.
Maafkan anakmu ini pak, bu, sampai saat ini pun entah apa hal membanggakan yang dapat ku persembahkan.
De Bintang sayang Ibu Bapak.
Tapi dusta rasanya, saat anakmu ini katakan sayang, namun doa yang tertuju padamu belum bisa selalu sepenuh hati, masih sekedarnya saja. Bahkan, sehari terlewat begitu saja tanpa ada doa khusus untukmu, Bu, Pak.
Dusta sekali rasanya, saat aku katakana mencintaimu, tetapi masih sering melalaikan amanah darimu.
Pak, Bu, terimakasih untuk pengorbanan selama ini. Bapak yang tak pernah lelah berbagi ilmu di sekolah, pulang sampai sore. Ibu tangguh yang sering menggotong barang-barang dagangannya sendiri. Kau memang tak suka merepotkan oranglain, darimu aku belajar menjadi Muslimah yang Kuat, Bu.
Tetapi apa balasan anakmu ini, hanya menghabiskan uangmu saja. Prestasi? Ah, aku belum bisa sebanyak mereka bahkan tidak ada apa-apanya. Hafalan yang ku niatkan agar dapat memberi mahkota untukmu esok di Surga. Tetapi apa sekarang? Lalai sekali anakmu ini. Sungguh Dusta!
Janji Allah, dalam amalan yang tak pernah terputus, Doa Anak Sholeh.
Bu, Pak, Se Sholehah apakah anakmu ini. Masih sombong dengan semua perbuatan sia-sia yang tak pernah henti aku lakukan. Lagi-lagi dusta sekali anakmu ini, bukan berusaha menghadiahkan surga, tetapi masih saja memberatkanmu dengan maksiat-maksiatku.
Mas Arif, De Bintang sayang mas Arif. Sosok kakak yang tak pernah sekalipun terlontarkan kata-kata marah. Menjaga adikmu dengan penuh kasih sayang, dengan caramu.
De Stoic, manut nggih kalih Ibu Bapak. Rajin ngaji, ampun ndamel Bapak Ibu kesuh gara-gara de Stoic mboten manut. Ditambah terus hafalane ngge kado Bapak Ibu ngenjang. De Stoic sayang Ibu Bapak kan? Mba Bintang sayang adek.
Ibu, Bapak, Mas Arif, De Stoic, ketemu di Surga nggih….
-UpgradingKMM2015
22 Maret 2015

Selasa, 10 Maret 2015

Analisis Rasa Benci?



Kau tau apa itu benci?
Setelah tau definisinya, sekarang aku bertanya, untuk apa harus ada rasa benci? Darimana datangnya? Apa saja penyebabnya? Ternyata. Ada solusinya gaes. Lihat Bagan Ini.




*Hanya hasil analisis ^^
Setelah melalui persepsi yang cukup memakan waktu, akhirnya ditemukan!
Rasa-rasa itu sangat erat kaitannya dengan IMAN. Saat iman naik/ ruhiyah terjaga maka akan sangat mudah bagi kita untuk berkhusnuzon. Terpaan angin sekencang apapun sesakit apapun, bagi orang-orang yang kuat imannya? Ia akan tetap berdiri kokoh. Mungkin, bisa dianalogikan seorang yang terekena badai tetapi badai itu hanya menggerakkan badannya kekanan dan kekiri saja, tetapi kakinya tetap tegar menopang tubuhnya melawan angin badai itu.
Bagaimana dengan seorang yang lemah imannya, akan sangat mungkin semua yang tidak sesuai dengan dirinya bakal jadi bahan prasangkanya, ya, prasangka negatif. Hatinya akan mudah resah, mudah iri, membenci bahkan orang yang tak salah apa-apa pun akan menjadi korban kelemahan imannya. Ia yang wajahnya menjadi tak enak dipandang, ia yang ketus bicaranya,ia yang cepat marah bahkan ia yang manis didepannya saja tapi mengadu domba dibelakang, menggrumel dibelakang. Ini BAHAYA!
Nah, solusinya gimana? Yang pasti, yang paling utama adalah menghadirkan hati disetiap kegiatan yang kamu jalani. Jika hati berat, ada yang salah dengan yang kau lakukan, ada yang salah dengan orientasimu atau bahkan ada yang salah dengan lingkungan. Jadi, Segera! Cari Tau! Temukan! Perbaiki!
Selain itu, ada satu lagi, masalah KOMUNIKASI! Itu penting gaes.
Kau tak suka? Sampaikanlah. Bisa jadi ini adalah proyek dakwahmu untuk saling mengingatkan. Masih sungkan mengingatkan? Nah, perlu dipertanyakan tuh ukhuwahnya. Karena CINTA lah yang akan mendorongmu melakukannya. Rasa Sayang itulah yang membuatmu tak ingin menyaksikan mereka yang semakin salah jalan. Yakinkan Dirimu Saja! Bahwa kamu bisa melakukannya! Tumbuhkan rasa sayang itu!
Sampai akhirnya, sangat mudah bagimu menegur dan menyapa!
Tetapi, ada satu kunci sebelum kau masuk menemuinya. Apa? Hati-hati sebelum memberi saran/ kritik –KHUSNUZON—terlebih dahulu. ^^
Salah satu contohnya, seorang yang memasang foto/ memperlihatkan wajahnya di media sosial (padahal dia akhwat). Ya, sebelum dikonfirmasi, khusnuzon dulu, mungkin saja ia memasang fotonya untuk mengimbangi tidak hanya foto-foto yang berpakaian seadanya aja yang dilihat, tapi akhwat berjilbabpun banyak dinegeri ini. Hal ini bisa menjadi salah satu syiar untuk memotivasi orang-orang untuk berjilbab.
Nah, satu hal. Kalau untuk oranglain kita harus lembut, teruslah berprasangka baik. Tapi, kalo untuk diri sendiri kita musti kritis. Jangan ngegampangin. Sering-sering chross check niat. Jika nggak LILLAH atau nggak ada kepentingan dakwahnya, Yasudah Tinggalkan. Perbaiki!

Bersiap untuk memperbaiki komunikasi? Bersiap untuk berkhusnuzon sebelum bertindak? Bersiap mengkritisi diri?
#musnahkanPrasangka 
#tumbuhkanRasaSayang

10 Maret 2015
Ruang Kelas RF4 FT UNY