Jumat, 27 Desember 2013

Mengapa Mereka Berjilbab??


Aku mulai bertanya kepada teman-teman yang berjilbab mengapa mereka melakukan hal itu. Jawabannya beragam.
“Karena berjilbab wajib. Kalau wajib tak dikerjakan artinya dosa. Aku tak ingin pahala yang ku dapat selama hidupku seperti ember bocor hanya karena tidak berjilbab.”
“Karena jibab membuatku berpikir ulang untuk melakukan hal-hal yang tak baik dan membantuku lebih banyak mengingat akhirat.”
“karena aku ingin menjadi ‘barang di etalase’ yang mahal. Bukan barang dijalanan yang bebas disentuh siapa saja.”
“Karena jilbab adalah bukti ketaatanku kepada Allah.”
“Tak penting bagiku cantik di mata manusia, tapi sungguh aku ingin cantik di mata Alah.”
“Aku menyadari tubuh wanita indah dan bisa menarik laki-laki untuk melakukan kejahatan atau pelecehan. Aku tak ingin dilecehkan. Aku ingin dihormati, dan karena itu, aku menghormati diriku sendiri dengan pakaian ini ....”
“Aku ingin memberikan hadiah untuk suamiku kelak ....”
“Banyak laki-laki yang rusak karena wanita. Karena itu aku ingin menyelamatkan mereka, juga diriku sendiri. Bila mata tak melihat, hati pun tak bernafsu.”
            Jawaban dari teman-temanku itu menjadi bahan renungan untukku aku iri sekaligus kagum kepada teman-temanku yang sudah berjilbab. Iri karena jauh dari lubuk hatiku, aku ingin juga seperti mereka. Kagum karena mereka rela menutupi kecantikan mereka dengan   jilbab itu, demi ketaatan dan cinta kepada Sang Pencipta. Namun, hal tersebut hanya terlintas di benakku, aku mash acuh dan menyibukkan diri dengan berbagai aktivitasku.


Dikutip dari buku “Melukis Pelangi, Oki Setiana Dewi.”

Selasa, 19 November 2013

Keteguhan Hati :')



Dalam suatu majelis ilmu yang isinya akhwat semua, salah seorang akhwat sebut saja namanya aisy, dia menceritakan masalalunya, ketika beberapa waktu yang lalu belum lama, dia sempat menjalin hubungan dengan seorang lelaki, dia berkata “ketika, orang-orang yang ada disekitarnya sedang asik-asik memperbaiki diri, tetapi saya masih asik-asik pacaran”. Dan setelah proses panjang dan setelah dia menyadari kesalahannya, akhirnya dia memutuskan untuk berhijrah meluruskan diri. “saya langsung memutuskan semua pacar saya dan terus memperbaiki diri saya” ujarnya. “tetapi ketika itu yang paling tertohok yang membuat saya sakit hati adalah semua teman-teman yang dulu bersama saya, langsung menjauhi saya.”
Itulah salah satu contoh kisah yang menggambarkan keteguhan hati, ketika dia telah menentukan pilihannya apapun yang akan dikatakan oranglain tentangnya, dan bagaimanapun sikap orang terhadap dirinya, selagi seseorang tersebut yakin apa yang dipilihnya itu baik dan benar maka lakukanlah.
Karena seperti disebutkan dalam hadist riwayat Ahmad dan Ad-Darimi
Dari Wabishah bin Ma’bad berkata, “Aku datang kepada Rasulullah SAW, maka Beliau bersabda. ‘Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?’ Aku menjawab, ‘Benar, wahai Rasulullah.’ Lalu Beliau bersabda, ’Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa yang karenanya jiwa dan hati menjadi tentram. Dan dosa adalah apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.’”
        Salah satu cerita lagi pada saat itu ada suatu kunjungan dari Universitas lain ke SKI Fakultas saya. Cerita ini tentang seorang akhwat yang menceritakan dirinya, bahwa dia merupakan lulusan pondokan dan sudah 6 tahun berada di pondok, yang selalu dia pelajari adalah tentang kitab kitab dan kitab, begitu katanya. Awalnya saya kaget dengan pakaian yang dikenakan akhwat-akhwat ini. Biasanya seorang aktifis dakwah yang merupakan pengurus suatu SKI itu berpakaian ya minimal menggunakan rok, tetapi disini akhwat yang berjumlah 5 orang pertama yang datang, hanya 1 yang menggunakan pakaian syar’i. Dan ketika kami wudhu bersama untuk melakukan sholat dzuhur, salah seorang dari mereka yang merupakan lulusan pondok itu bertanya pada salah seorang dari kami, katanya “Mba, pake pakaian kayak gini sejak lama?” ya dan kami hampir bersamaan menjawab bahwa kami memakai pakaian yang syar’i ya baru diperkuliahan ini. Kemudian dia menceritakan bahwa dulu di pondoknya tidak pernah diajarkan bagaimana pakaian yang seharusnya dikenakan. Jadi saya melihat wanita ini masih menggunakan jins ketat, baju dan kerundung yang kecil dan nerawang. Dia bercerita juga bahwa orangtuanya itu orang yang ngerti agama. Yang saya simpulkan dari pembicaraannya saat itu adalah dia masih belum merasa nyaman dengan semua aturan islam. Mungkin karena tadi itu, begitu banyak teori yang dia ketahui namun tidak dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Alhasil, dia berkata bahwa semua aturan itu membuat terkekang, ini tidak boleh, itu tidak boleh. ya, itu tadi karena keteguhan hati. Bersungguh-sungguhlah dalam memperdalam ilmu, ketika kita hanya melihat kulitnya saja tanpa mengetahui isinya, hasilnya pun menjadi sebuah dugaan-dugaan yang berbuah prasangka. Itulah seorang yang satu dan yang lainnya, bertanya itu menjadi sangat penting untuk menjadikan diri kita tidak tersesat dan hanya berada dalam lingkar bingung tanpa jalan keluar.
        Keteguhan hati, yakinlah jika itu pilihan terbaik. Lakukanlah.