Kau bilang, hari ini
tepat 1 tahun. Tepat satu tahun? Aku terdiam, berfikir.
“Ahad. ikut ketempatnya yok”.
Otakku masih
memproses. Tepat 1 tahun? Ke tempatnya? Aku masih mencoba menebak-nebak apa
maksud dari ajakanmu.
“Oh… Satu tahunnya dia, ziaroh? Ya, insyaallah aku ikut.” tanpa
berfikir panjang, dan tanpa mempedulikan apa yang telah aku agendakan
sebelumnya di hari Ahad esok, menurutku, ini bisa menjadi prioritas atas.
Tepat satu tahun. Ya,
aku ingat. Ketika mataku sedang berpusat pada satu layar yang tanpa kusadari ia
telah mencoba memotong setiap detik waktuku. Tiba-tiba kau datang, ucap salam, menatapku
sebentar saja, dan bruukk kau langsung memelukku. Menangis. Saat itu, jantungku
berdetak, rasanya baru pertama kali melihatmu menangis hay wanita yang berquote
‘Menjadi Akhwat Qowiy’. Aku tak banyak tanya. Karena ku tau kau hanya sedang
butuh ketenangan. Walaupun rasa penasaranku membuncah, apa yang bisa membuatmu
seperti ini. Kau masih terus menangis dipelukanku.
Dan akupun masih mencoba menenangkanmu. Akhirnya, dengan terisak kau mulai bicara.
“Dia. Dia meninggal”, kau menyebut namanya, seorang lelaki, yang sungguh tak ku
temukan banyak kesalahan-kesalahannya, seseorang yang berperangai bijak, menghargai
semua orang dan sangat jarang terlihat lusuh karena murung, dia bersemangat dan
totalitas. Dan itu terbukti dari semua postingan kawan-kawannya di media
sosial, yang mengagumi kebaikannya dan rasa tak percaya telah kehilangan sosok
sebaik dia. Mendengar kau sebut namanya, Deg. Akupun masih tak percaya, tetapi
aku mencoba untuk tetap tenang, karena tak mungkin bisa menenangkanmu sementara
aku sendiri kalut dalam kesedihan dan rasa tak percaya. Kau mencoba
menceritakan kronologinya, dengan isak-isak tangismu, maafkan dear, lagi-lagi
aku tak bisa berbuat apapun, hanya bisa menenangkan, tapi kurasa tindakan itu
yang paling tepat ku lakukan kala itu. “Sekarang dia dimana?” aku bertanya, dan
kaupun menjawab, segera aku bersiap untuk takziyah. Saat hendak bangkit dari
tempat dudukku. Aku menoleh kebelakang, menatap pada layar yang masih terputar film action
luar negeri itu, dadaku sesak, Oh Tuhaaann… Betapa lalainya diri ini. Aku lupa
begitu mudahnya Kau hentikan kehidupan seseorang, aku lupa bahwa kematian bisa
datang pada siapapun tanpa ada yang bisa merayu malaikat maut untuk menunda
kematiannya. Mulai detik itu juga, aku bertekad untuk tidak lagi melakukan hal
yang tak jelas, padahal aku tau film-film itu tidak meningkatkan kualitas
imanku. Hanya hiburan tanpa tujuan mencari kesenangan di dunia yang memperdaya
ini. Tertipu nafsu semata. Tak berfikir panjang dengan apa yang akan aku jawab
ketika esok Engkau bertanya “kau gunakan
untuk apa masa mudamu?” Oh Tuhannn… aku tak siap bila aku harus terdiam
ketika esok Engkau bertanya, terdiam karena aku melakukan kesia-siaan di masa
mudaku. Akupun mulai menuliskan kalimat ampuh ini didinding kamar.
“Allah,
apa yang sedang dan akan aku lakukan ini karena-Mu”
Mulai menghentikan
segala aktivitas yang tak bernilai surga. Sampai sekarang, akupun masih
belajar. Karena salah satu mimpiku, Kau
jadikan hari terbaikku, hari disaat aku bertemu denganMu.
13 Desember 2014,
14:00
Kamar Cinta Multazam2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar