Si bocil-bocil itu kembali membuat kerusuhan di kamar :D
Setelah lelah
mengerusuhi pemilik kamar (ku kira), akhirnya salah satu dari mereka pergi ke
kamar sebelah. Ngapain? Minta crayon dan kertas gambar. Lalu? balik lagi ke kamar
ku. Duh. -_-
Tidak berapa lama
dari transaksi yang terjadi di kamar tetangga, terjadilah insiden baru. Rebutan
crayon, baiklah. Akupun hanya diam membiarkan mereka berebut, sampai akhirnya
menangislah salah satu dari mereka. Aku masih tetap diam, membiarkannya menangis.
:D
“Haura kenapa?” Ibu
Peri pun datang. Hehe. Si tetangga yang tadi memberi crayon dan kertas gambar.
Aku memang tak bisa manis-manis kemudian mempuk-puk anak biar berhenti
menangis, lebih tepatnya bukan tidak bisa, tapi tidak ingin. Biarlah mereka
menangis, ulah mereka sendiri, nanti kan lelah sendiri. Setelah keadaan
membaik, baru aksi mendamaikan dimulai.
Setelah si tetangga
berhasil mendiamkan si bocil yang satu, dunia pun sedikit lebih tenang, tapi
mereka masih tetap beradu kerut, mungkin mereka berteriak “aku benci kamu!”, “eaah
aku juga!!” dalam hati. *itu sedikit berlebihan sih untuk ukuran bocil-bocil
Adu wajah jelek
berlangsung cukup lama dan mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing,
sesekali mereka terdiam, yaa tak bersahabat memang membingungkan, sama seperti
mereka saat itu. Barulah aku angkat kata, “Hayoo… Udah pada maafan belum? Yok
maafan” anak kecil mudah sekali untuk minta maaf dan memaafkan. Mereka saling
menatap, yang satu pun mengulurkan tangannya. Sayang, tak ada respon dari
pemain yang satunya, ia pun kembali menarik tangannya. “Ayok haura, novi udah
minta maaf tuh, mana tangan haura” setelah penawaran yang cukup berwaktu,
mereka pun bersalaman, baru bersalaman beberapa detik, langsung cair tu hati.
Mereka berbincang seperti tak pernah terjadi peperangan, biasa saja.
Menyenangkan yaa ukhuwah anak kecil itu.
Bagaimana dengan
kita?
Sudah berapa banyak
hati yang tersakiti karena ucapan kita? Tatapan kita? Kecemburuan? Keangkuhan
sikap? Kebanyakan orang dewasa memang membingungkan, hal kecil saja dianggap
masalah. Begitukah? Atau karena mereka sudah terlanjur mengenal masalah? Hanya
saja mereka sudah terlalu lama terpaku dalam masalahnya, sampai lupa bagaimana
cara menyelesaikan. Mungkin. Lucu ya. Sering sekali menemukan yang seperti ini,
#talkself juga. Simpel saja
sebenarnya, hanya berusaha untuk saling memahami. Rendahkan si hati. Hilangkan
keangkuhan. Jangan malu untuk memulai kata maaf. Jangan bimbang untuk melangkah
memperbaiki. Karena kita bersaudara ^^
17:23, 25 Januari 2014
@Kamar Cinta Multazam
2