“Berbeda hal
nya jika kau punya mata air sendiri di dalam hati. Mata air dalam hati itu
konkret. Amat terlihat. Mata air itu menjadi sumber kebahagiaan tak terkita. Bahkan ketika musuh kau mendapat
kesenangan, keberuntungan, kau bisa ikut senang atas kabar baiknya, ikut
berbahagia, karena hati kau lapang dan dalam. Sementara orang-orang yang hatinya dangkal, sempit, tidak terlatih,
bahkan ketika sahabat baiknya mendapat nasib baik, dia dengan segera iri hati
dan gelisah. Padahal apa susahnya
ikut senang.”
“Itulah
hakikat sejati kebahagiaan. Ketika kau bisa membuat hati bagai danau dengan
sumber mata air sebening air mata. Memperolehnya tidak mudah, kau harus
terbiasa dengan kehidupan bersahaja, sederhana dan apa adanya. Kau harus
berkerja keras, sungguh-sungguh, dan atas pilihan sendiri memaksa hati kau
berlatih.”
Kisah : Danau
Para Sufi, Sufi adalah orang-orang yang tidak mencintai dunia dan seisinya.
Mereka lebih sibuk memikirkan hal lain. Memikirkan filsafat hidup, makna
kehidupan, dan prinsip-prinsip hidup yang agung.
ketika
ayahnya bertanya tanya tentang apa hakikat sejati kebahagiaan hidup.
Tidak ada
sekelompok sufi yang bisa memberikan jawaban memuaskan.
Menyarankan
ia untuk pergi ke lereng gunung, menemui salah satu sufi besar.
Kemudian
ayahnya pergi ke tempat tersebut.
Sang guru
menyuruhnya membuat sebuah danau.
Pada tahun
pertama, masih belum beres karena ketika terkena air hujan, danaunya keruh.
Kemudian
memutuskan buat saringan si setiap parit. Taun kedua datang, ketika menusuk
dasar danau dengan bambu panjang, airnya keruh lagi.
Sampai
akhirnya memutuskan untuk menggali sedalam-dalamnya sampai menyentuh dasar
bebatuan. Menyentuh mata airnya.
3 tahun
berlalu. Akhirnya hari yang dijanjikan datang juga, sebuah danau yang bagai
kristal air mata, tetap bening meski ada
yang menusuk-nusuk dasarnya, tetap dengan cepat kembali bening meski ada air
dari parit yang bocor dan sejenak membuat keruh.
Itulah, hanya
untuk memahami kebijaksanaan hidup.
Itulah
hakikat sejati kebahagiaan hidup. Hakikat itu berasal dari hati kau sendiri.
Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan yang
datang dari luar hati kita.
Rasa sedih,
kehilangan, kabar buruk, nasib buruk, itu semua juga datang dari luar. Saat semua itu datang dan hati kau dangkal,
hati kau seeketika keruh berkepanjangan.
31 Oktober
2013, 22:55
Kisah dari Novel Tere-Liye, Ayahku (bukan) Pembohong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar