Dalam
suatu majelis ilmu yang isinya akhwat semua, salah seorang akhwat sebut saja
namanya aisy, dia menceritakan masalalunya, ketika beberapa waktu yang lalu
belum lama, dia sempat menjalin hubungan dengan seorang lelaki, dia berkata
“ketika, orang-orang yang ada disekitarnya sedang asik-asik memperbaiki diri,
tetapi saya masih asik-asik pacaran”. Dan setelah proses panjang dan setelah
dia menyadari kesalahannya, akhirnya dia memutuskan untuk berhijrah meluruskan diri.
“saya langsung memutuskan semua pacar saya dan terus memperbaiki diri saya”
ujarnya. “tetapi ketika itu yang paling tertohok yang membuat saya sakit hati
adalah semua teman-teman yang dulu bersama saya, langsung menjauhi saya.”
Itulah
salah satu contoh kisah yang menggambarkan keteguhan hati, ketika dia telah
menentukan pilihannya apapun yang akan dikatakan oranglain tentangnya, dan
bagaimanapun sikap orang terhadap dirinya, selagi seseorang tersebut yakin apa
yang dipilihnya itu baik dan benar maka lakukanlah.
Karena
seperti disebutkan dalam hadist riwayat Ahmad dan Ad-Darimi
Dari Wabishah
bin Ma’bad berkata, “Aku datang kepada Rasulullah SAW, maka Beliau bersabda.
‘Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?’ Aku menjawab, ‘Benar,
wahai Rasulullah.’ Lalu Beliau bersabda, ’Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri.
Kebaikan adalah apa yang karenanya jiwa dan hati menjadi tentram. Dan dosa
adalah apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang
memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.’”
Salah satu cerita lagi pada saat itu ada
suatu kunjungan dari Universitas lain ke SKI Fakultas saya. Cerita ini tentang
seorang akhwat yang menceritakan dirinya, bahwa dia merupakan lulusan pondokan
dan sudah 6 tahun berada di pondok, yang selalu dia pelajari adalah tentang
kitab kitab dan kitab, begitu katanya. Awalnya saya kaget dengan pakaian yang
dikenakan akhwat-akhwat ini. Biasanya seorang aktifis dakwah yang merupakan
pengurus suatu SKI itu berpakaian ya minimal menggunakan rok, tetapi disini
akhwat yang berjumlah 5 orang pertama yang datang, hanya 1 yang menggunakan
pakaian syar’i. Dan ketika kami wudhu bersama untuk melakukan sholat dzuhur,
salah seorang dari mereka yang merupakan lulusan pondok itu bertanya pada salah
seorang dari kami, katanya “Mba, pake pakaian kayak gini sejak lama?” ya dan
kami hampir bersamaan menjawab bahwa kami memakai pakaian yang syar’i ya baru
diperkuliahan ini. Kemudian dia menceritakan bahwa dulu di pondoknya tidak
pernah diajarkan bagaimana pakaian yang seharusnya dikenakan. Jadi saya melihat
wanita ini masih menggunakan jins ketat, baju dan kerundung yang kecil dan
nerawang. Dia bercerita juga bahwa orangtuanya itu orang yang ngerti agama.
Yang saya simpulkan dari pembicaraannya saat itu adalah dia masih belum merasa
nyaman dengan semua aturan islam. Mungkin karena tadi itu, begitu banyak teori
yang dia ketahui namun tidak dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Alhasil,
dia berkata bahwa semua aturan itu membuat terkekang, ini tidak boleh, itu
tidak boleh. ya, itu tadi karena keteguhan hati. Bersungguh-sungguhlah dalam
memperdalam ilmu, ketika kita hanya melihat kulitnya saja tanpa mengetahui
isinya, hasilnya pun menjadi sebuah dugaan-dugaan yang berbuah prasangka.
Itulah seorang yang satu dan yang lainnya, bertanya itu menjadi sangat penting
untuk menjadikan diri kita tidak tersesat dan hanya berada dalam lingkar
bingung tanpa jalan keluar.
Keteguhan hati, yakinlah jika itu
pilihan terbaik. Lakukanlah.